Pasar uang menuntut eksekutif dan manajer untuk tumbuh semakin cepat. Pertumbuhan yang cepat mutlak membutuhkan inovasi yang beresiko. Sementara investor tidak menginginkan adanya resiko. Hal ini menimbulkan sebuah dilema bagi sang inovator. Christensen dan Raynor mengungkapkan hal itu pada bagian-bagian awal dari buku The Innovator's Solution. Buku ini adalah lanjutan buku sebelumnya dengan pengarang yang sama. Buku sebelumnya yang juga sukses besar itu berjudul The Innovator's Dilemma. Kaum inovator silicon valley menjadikannya sebagai buku penting. Kedua penulis yang juga konsultan itu terasa sangat pas karena sama-sama memiliki kiprah di sekolah bisnis terkemuka Harvard.
Buku manajemen bisnis ini terbagi dalam 10 bab. Tiap bab sarat dengan ulasan-ulasan teori dan strategi perusahaan agar bisa membangun pertumbuhannya dengan baik. Hal tersebut dapat dijadikan pegangan bagi para manajer. Bab satu diawali dengan argumentasi untuk sekilas mengingatkan adanya dilema bagi para inovator. Bab dua membahas tentang taktik dan strategi mengahadapi pesaing yang kuat. Bab ini memuat model berupa grafik dari 'Disruptive Innovation'. Hal-hal yang berhubungan dengan produk apa yang dikembangkan agar diterima customer dengan imbalan yang kita harapkan ada di bab tiga. Segmentasi pelanggan terutama pelanggan awal saat produk dilepas dibahas di bagian bab empat.
Proses bisnis mana yang dilaksanakan didalam perusahaan dan mana yang seharusnya di-outsource-kan dikupas di bab lima. Bab enam berbicara tentang Return dan Profit yang ditangkap. Struktur organisasi yang bagaimana yang diharapkan bisa men-support hal-hal yang dinginkan ditulis dalam bab tujuh. Bab delapan mengupas strategi dan tingkat fleksibilitas organisasi. Bab sembilan membahas tentang modal dan terakhir bab sepuluh merupakan panduan langkah-langkah yang sebaiknya diperankan para CEO. Contoh kasus yang menarik beberapa muncul dari organisasi perusahaan yang berbasis IT. Alasannya adalah perusahaan IT banyak melakukan inovasi-inovasi baik yang bersifat Sustain maupun Disruptive.
Inovasi dibagi menjadi dua tipe. Pertama inovasi yang sustain, yaitu inovasi berkelanjutan. Tipe ini banyak dilakukan oleh market leader. Kedua adalah inovasi-disruptive bisa diartikan inovasi yang mendobrak. Kata-kata disruptive/mendobrak ini adalah relatif bagi suatu organisasi, mungkin bagi suatu perusahaan tertentu untuk inovasi yang dilakukan bersifat sustain tapi bisa bersifat disruptive untuk inovasi yang sama bagi perusahaan lain. Internet misalnya bagi perusahaan IT sekelas Compaq dan yang lain merupakan inovasi yang sustain tapi tidak bagi Dell's. Ketika perusahaan itu melibas Compaq dengan strategi mendobrak (disruptive)-nya, Dell's menggunakan internet untuk mendapatkan pesanan langsung dari End Customer-nya. Compaq nyaris habis dengan strategi bisnisnya yang mentargetkan penjualan melalui jalur distribusi store retailer atau agen.
Menurut saya ada contoh menarik di Indonesia ketika Honda di hantam oleh produk motor China berharga miring. Walaupun Honda tergolong sustain untuk inovasi motor di area geografis Indonesia, ia merasa terancaman dengan hadirnya motor China. Honda segera mengambil langkah meluncurkan produk versi murahnya yang bergaransi sama dengan produk versi premium price-nya. Produk itu bernama Legenda. Sebuah merek yang mudah untuk di-spell sesuai lidah Indonesia. Bahkan bak sebuah cerita, Legenda diluncurkan dengan rilis keduanya bernama Legenda 2. Tak hanya disitu Honda dengan inovasi sustain-nya dan pengalaman bertahun-tahun, melepaskan produk di kelas 125 CC dengan dua versi. Untuk premiumnya dikeluarkan Kharisma dan untuk low-end diluncurkan Kirana lagi-lagi dengan merek yang mudah di-spell.
Perlu diperhatikan bahwa tidak selalu yang menggunakan inovasi disruptif yang menang begitu juga sebaliknya. Maka harus diperhatikan produk apa yang mesti dikembangkan dan kompetitor mana yang diserang juga dipilih produk apa yang harus diluncurkan. SAP dan Intel ketika ia memilih customer low-end-nya sebagai perluasan pasar dengan cerdiknya SAP men-develop produk ERP versi khusus untuk bisnis berukuran kecil dan menengah. Lalu intel dengan Celeron. Ini adalah sebuah konsep inovasi mendobrak untuk membuka ceruk pasar baru.
Cara meluncurkan produk modular atau menjadi satu paket merupakan hal yang penting dalam proses bisnis. Microsoft menjual terpisah antara sistem operasi Windows dengan aplikasi Office dan mengeruk keuntungan besar. Saya pikir ada contoh lagi yang menarik sebagai bahasan lain, yaitu radio pesan atau pager. Ketika teknologi telepon seluler dengan operator penyedia jaringannya manambahkan fitur sms. Fungsi telepon, pesan bahkan kamera menjadi terintegrasi di handphone. Pager bak panas setahun dibalas hujan sehari diguyur teknologi sms akibatnya barang yang satu ini tidak lagi di tenteng orang di mall-mall, plaza maupun di kantor. Jika keandalan dan kemampuan suatu produk tersebut belum atau tidak cukup baik untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, maka produk terintegrasi menjadi pilihannya. Hal ini menjadi salah satu penyebab terjadinya proses komoditisasi, seperti yang terjadi pada pager.
Saat ditemukannya disk drive 3,5 inchi beserta disketnya. Lalu permintaan media penyimpan jenis itu jadi melonjak. Selanjutnya secara mekanik elektronis produk tersebut disulap jadi produk komoditisasi yang fantastis bernama HardDisk. Jadi bila keandalan dan kemampuan suatu produk lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan pelanggan maka produk berarsitektur modular bisa tumbuh dengan baik. Keadaan semacam ini bisa membuat terjadinya de-komoditisasi..
Model organisasi yang bersifat struktural tidak disarankan buku ini sebab tidak fleksibel menghadapi perubahan lingkungan bisnis. Hendaknya dipilih yang bersifat fungsional dan lintas fungsi agar sejalan dengan strategi sustain ataupun disruptive. Para executive diharapkan mampu menerapkan startegi yang telah disusun. Tetapi juga harus menyiapkan strategi lain bagi munculnya situasi-situasi di luar rencana, ini dapat berupa tindakan taktis untuk operasi sehari-hari.
Ada beberapa saran bagi para eksekutif dari The Innovator's Solution. Pertama Jangan terpancing untuk menjalankan strategi bila pasar pelanggan terlihat menarik bagi kompetitor yang sudah mapan. Pikirkan lagi atau cari jalan lain sampai ditemukan sebuah pijakan strategi yang jika dilaksanakan tidak membuat kompetitor mapan jadi terusik atau dengan rela mengabaikannya. Langkah kita harus tidak boleh membuat sang macan raja hutan jadi terbangun sampai terusik apalagi pas lagi lapar bisa-bisa kita dimakan habis oleh sang macan raja hutan.
Kedua jika pelanggan masih menggunakan produk yang telah menjadi primadona, arahkan tim anda untuk mencari cara bersaing dengan produk nonkonsumsi atau pengganti. Dulu sebelum internet ada, untuk berkomunikasi dengan orang yang jauh lokasinya dilakukan lewat telepon karena memang tidak ada pilihan dan telepon menjadi satu-satunya primadona produk komunikasi jarak jauh. Sekarang yang semula internet menjadi produk non konsumsi dari telepon mampu menjadi alternatif komunikasi yang relatif murah. Selanjutnya jika produk nonkonsumsi atau alternatif masih belum ada, tugaskan tim untuk menyelidiki kemungkinan melakukan strategi disruptif.
Apabila ada sesuatu permintaan yang menginginkan customer untuk berbuat sesuatu, maka di situlah anda harus mulai bantu customer. Fokuslah pada segment customer anda, lalu siapkan langakah antisipasi untuk menangkis serangan kompetitor. Dalam bersaing jangan terpaku hanya dalam satu hal carilah peluang lain. Lakukan outsourcing, sehingga tak perlu lagi mengejar ketinggalan di masa lalu tapi gunakan uang untuk membangun kompetensi di masa depan.
Cari jawaban dari : Apakah kita mempunyai cukup resources untuk sukses ?, apa yang perlu dilakukan agar berhasil ?, skala dan prioritas apa yang kita punyai dan gunakan ? Gunakan kesatuan tiga pertanyaan diatas sebagai haluan perusahaan. Anda boleh tidak percaya pada manager yang telah anda percaya. Lalu kembangkan tim riset anda, terus fokus pada profit dan terakhir rawatlah pertumbuhan yang ada.
0 komentar:
Posting Komentar