Dalam bertradng, keuntungan hanya dapat kita peroleh
ketika harga bergerak. Ya. Hanya ketika harga bergerak. Entah dia
bergerakn naik atau bergerak turun. Nah kecenderungan harga yang
bergerak dalam satu arah itulah yang dimaksud dengan trend. Trend
sendiri sangat berguna dan merupakan bagian terpenting dalam menentukan
posisi Anda dalam bertrading. Berhubung posisi dalam trading hanya ada
dua yaitu buy dan sell, maka trend pun hanya memiliki dua jenis yaitu
uptrend dan downtrend. Bahasa Indonesiafnya ya trend naik dan trend
turun.
Mari perhatikan gambar dibawah ini:
Coba bayangkan jikalau kita tidak mengetahui bagaimana caranya
mencari trend dalam pergerakan harga seperti ini. Ketika harga sedang
berada dalam trend turun Anda membuka sebuah posisi buy dan sebaliknya
ketika harga bergerak naik, Anda membuka posisi sell. Hegh… Paling tidak
Anda tidak akan bisa tidur nyenyak dalam keadaan demikian karena posisi
yang tersangkut hehehe.
Jadi menentukan trend yang sedang terjadi
adalah sangat penting dan tidak boleh Anda abaikan begitu saja. Abaikan,
maka trading Anda hanya akan menjadi sebuah perjudian. Remehkan, maka
market akan menendang Anda hingga terasa sakit berhari-hari dan kadang
berbulan-bulan. Bergantung efek sosial yang ditimbulkannya karena Anda
kehilangan sejumlah uang.
Kebanyakan
analisa teknikal digunakan untuk
memprediksi trend dan sejauh mana trend akan berlangsung. Beberapa
indikator seperti Moving Average atau Parabolic SAR juga digunakan untuk
mengetahui sedang kemanakah market sedang berlari.

Namun ada keadaan-keadaan
dimana market tidak bergerak naik atau turun yang biasa disebut side
ways. Dalam keadaan demikian, membuka posisi beli atau jual sama saja
menghabiskan kesabaran yang pada akhirnya menggerus emosi Anda dalam
bertrading. Situasi side ways biasanya terjadi ketika market Eropa atau
Amerika sedang tutup atau sedang menunggu berita besar. Dalam keadaan
demikian tidak banyak perdagangan yang terjadi sehingga menyebabkan
situasi side ways terjadi. Well, hindari keadaan itu.
Support dan Ressistance
Istilah
lainnya yang perlu Anda ketahui adalah yang biasa dinamakan dengan
Support dan Ressistance. Sekarang mari kita perhatikan bersama ketika
sebuah trend sedang berlangsung. Katakanlah sebuah uptrend. Adakah
sebuah trend yang tidak pernah berakhir? Tentu tidak. Setiap kenaikan
akan mencapai titik puncaknya untuk kemudian berhenti naik dan berlanjut
dengan penurunan. Demikian juga sebaliknya, ketika harga bergerak
turun, akan ada suatu saat dimana penurunan berhenti dan harga kembali
naik.
Titik-titik
dimana kenaikan dan penurunan harga tersebut berhentilah yang dinamakan
titik support dan ressistance. Batas
bawah dari pergerakan harga biasa dinamakan dengan Support sementara
batas atasnya biasa disebut sebagai ressistance.

Kedua titik tersebut
sangat vital dalam trading Anda kelak. Tanpa mengetahui titik tersebut
maka kita hanya dapat mengikuti trend tanpa mengetahui bahwa sebenarnya
umur trend tersebut sudah tidak akan lama lagi akan akan digantikan
dengan trend sebaliknya atau situasi side ways.
Ada banyak cara dalam
menentukan sebuah titik support dan ressitance. Beberapa trader
menggunakan indikator untuk mengetahuinya. Lainnya menggunakan deret
Fibonacci sementara yang lain menggunakan history pergerakan harga
dimasa lampau. Saya sendiri tidak mau terlalu pusing untuk menghitung
support ressistance dengan menggunakan perhitungan yang rumit. Bagi saya
forex sudah cukup rumit dengan analisa dan psikologi yang kompleks
didalamnya. Jadi, mengapa tidak kita sederhanakan saja? Sometimes simple
is better.
Cara
yang termudah dalam menentukan support dan ressistance adalah dengan
mengetahui pergerakan harga terrendah dan tertinggi dimasa yang lalu
pada periode tertentu, misalnya satu bulan. Coba perhatikan grafik
berikut ini:
Grafik diatas adalah grafik untuk GBPUSD pada
tanggal 20 hingga tanggal 26 April 2007 dengan periode 1 jam. Perhatikan
bahwa harga bergerak naik tetapi tidak melebihi daerah yang telah
diberi tanda garis berwarna biru. Ketika harga bergerak naik hingga
mendekati 2.0060 maka seolah-olah harga kehilangan kemampuannya untuk
bergerak naik lagi melewati titik tersebut dan sebaliknya ketika dia
bergerak turun, harga tidak dapat menembus titik 1.9970 yang merupakan
batas terrendahnya. Titik 2.0060 itulah yang dinamakan dengan
ressistance dan 1.9970 dinamakan support.
Kedua titik ini sebenarnya adalah cerminan titik
psikologis yang diakui oleh pelaku pasar secara bersamaan. Seperti kita
ketahui bersama bahwa pada dasarnya pergerakan harga ditentukan oleh
hukum demman and supply (permintaan dan penawaran). Ketika permintaan
naik sementara penawaran tetap maka mata uang akan menguat dan
sebaliknya ketika penawaran banyak dan permintaan tetap maka mata uang
akan melemah dikarenakan banyaknya supply yang beredar di pasar.
Nah dalam keadaan harga uptrend misalnya, maka
secara psikologis akan menyebabkan tergulirnya bola salju besar dan
saling menguatkan. Ketika harga mulai merangkak naik maka para trader
seperti biasanya akan mengikuti trend yang sedang terjadi dan mengambil
sebah posisi buy. Hal ini mengakibatkan permintaan naik
sehingga harga terus terdongkrak naik.
Namun dilain sisi mayoritas trader juga
mengantisipasi berakhirnya trend dengan mengambil sebuah titik
ressistance tertentu. Pada titik itu mereka tidak lagi melakukan aksi
buy sebaliknya mereka akan melakukan aksi profit taking dengan menjual
mata uang yang telah mereka beli sebelumnya. Nah jikalau semua orang
melakukan hal demikian secara otomatis permintaan berkurang dan kenaikan
mata uang mulai kehilangan tenaganya. Akibatnya, harga kembali bergerak
turun.
Jadi
kuncinya disini adalah bagaimana menentukan titik support dan
ressistance yang sama dengan titik support ressistance pasar secara
kolektif. Jika kita mengetahui titik-titik ini maka trading akan jauh
lebih mudah.
Lalu
sekarang muncul pertanyaan baru dalam benak kita: Mungkinkah titik
support dan ressitance tersebut dapat ditembus oleh pergerakan harga?
Jawabannya adalah mungkin. Sulit memang tapi mungkin-mungkin saja.
Dalam keadaan dimana
pembeli menang dan penjual lebih sedikit, tentu saja harga dapat kembali
terus naik meskipun sudah mencapai titik ressistancenya. Dalam keadaan
demikian maka sebenarnya suara titik support dan ressistance pada market
tidak seragam dan terbagi menjadi beberapa kelompok. Satu kelompok
memperkirakan harga tidak akan naik sampai level tertentu sementara
kelompok lainnya berpendapat harga dapat naik melewari level yang
ditentukan kelompok pertama. Jika kelompok kedua menang, tentu saja
support atau ressistance akan pecah.
Apa yang akan terjadi ketika titik sup dan res
tersebut tertembus? Jawabannya adalah akan terbentuk titik support dan
ressistance yang baru. Titik ressistance yang tertembus akan menjadi
titik support sementara titik ressistance baru akan kembali terbentuk. Perhatikan
gambar berikut:
Ini merupakan grafik GBPUSD dengan
menggunakan time frame harian. Nampak pada daerah yangi diberikan tanda
lingkaran, harga menembus titik ressistancenya. Akibatnya harga bergerak
semakin menjauhi titik ressistance tersebut hingga terbentuk titik
ressistance baru pada garis horizontal paling atas.Titik ressistance
yang tadinya tertembus kini berubah menjadi titik support yang baru dan
kini harga bergerak pada rangenya yang baru.
Kini persoalan berikutnya
yang tertinggal adalah bagaimana mengetahui bahwa harga akan menembus
titik support ressistance nya atau tidak. Hahaha, kalau sudah sampai
disini Anda harus mempelajari beberapa instrumen analisa teknikal
terutama yang bertipe oscillator untuk menegetahui titik jenuh beli atau
jenuh jualnya. Perlu juga diperhitungkan situasi fundamental yang
terjadi. Tidak mudah memang. Sebagian besar mengetahui titik-titik
kritikal tembus tidaknya sup dan res dari pengalamannya setelah
bertahun-tahun trading. Ya saya juga sih. Jadi harus diakui pengalaman
itu penting.
Ok
anak-anak sampai disini pelajaran sup dan res kita. Cukup mudah bukan?
(Apakah saya mendengar ada yang berseru: “Ya bu guru…”)
Overbought
dan Oversold
Ok kita masuk point berikutnya dari analisa
teknikal yaitu istilah yang dinamakan sebagai jenuh beli dan jenuh jual
(overbought-oversold atau biasa disingkan OB dan OS saja biar tidak
capek menulisnya). OB dan OS merupakan keadaan dimana harga tidak dapat
lagi melanjutkan trendnya dikarenakan sudah terlalu mahal atau terlalu
murahnya harga sehingga trend tidak dapat lagi dilanjutkan. Berbeda
dengan sup dan res yang merupakan level psikologis yang pada dasarnya
hanyalah kesepakatan bersama tidak resmi diantara sesama trader, OB dan
OS sendiri merupakan sebuah keadaan yang lumrah dan nyata terjadi di
pasar (bukan semata perkara psikologis).
Andaikata sebuah trend naik sedang terjadi, maka
dalam keadaan ini mata uang menjadi lebih mahal dari biasanya. Jika kita
menemukan grafik GBPUSD sedang menanjak naik misalnya, itu artinya GBP
sedang bertambah mahal nilainya dibandingkan USD. Pelaku pasar terus
menerus memburu GBP dikarenakan diharap harga akan terus beranjak naik
dan mereka pun masih memiliki modal yang cukup untuk melakukan aksi
belinya.
Namun
akan ada suatu titik dimana pembeli tidak mungkin lagi membeli GBP
dikarenakan harganya sudah terlalu mahal. Bukan saja perkara
pendapat pembeli bahwa harga terlalu mahal, tapi lebih dari itu adalah
modal mereka sudah tidak dapat lagi mencukupi untuk membeli GBP dalam
jumlah tertentu. Nah keadaan inilah yang dinamakan titik jenuh beli atau
OB.
Sebaliknya
ketika downtrend sedang terjadi, akan ada suatu titik dimana harga akan
berhenti turun dikarenakan harga jual sudah terlalu murah sehingga
penjual tidak mungkin lagi menjual mata uangnya atau mereka akan merugi.
Inilah yang dinamakan jenuh jual OS.
Dalam keadaan harga mencapai titik OB atau OS nya
maka diharapkan harga akan berbalik arah dan trend akan segera
berhenti. Jadi ketika bergerak naik dan titik OB sudah tercapai, maka
harga akan kembali trend naik akan berhenti lalu digantikan dengan
bergerak turunnya mata uang. Begitu juga sebaliknya ketika harga
bergerak turun lalu kemudian memasuki area OS maka harga akan bergerak
kembali naik dan trend turun pun berhenti.
Sering kali
OB dan OS juga terjadi pada titik-titik Sup dan Res dikarenakan memang
keduanya adalah titik yang bersifat sama yaitu trend counter. Namun
tidak selalu demikian. Tentu saja keputusan buy dan sell akan sangat
menunjang sekali apabila harga tidak berada pada titik-titik ekstrim
ini.
Sekarang
yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana caranya menentukan titik OB
dan OS ini? Cara yang termudah adalah dengan menggunakan indikator
bertipe Oscillator seperti RSI atau Stochastic. Indikator-indikator
ini memang dirancang untuk menentukan titik-titik OB dan OS.
Mari kita gunakan salah
satu contoh indikator: yaitu Stcohastic Oscillator. Pada Stocastic, area
OB terjadi ketika nilai Stochastic berada pada level diatas 80 dan OS
terjadi ketika Stochastic berada pada level dibawah 20. perhatikan
gambar berikut ini:
Area yang diarsir berwarna oranye merupakan
area jenuh beli dan jenuh jual. Anda dapat melihatnya pada lingkaran
berwarna merah yang saya gambarkan. Ketika harga bergerak turun dan
kemudian menyentuh area jenuh jualnya maka harga kembali bergerak naik
dikarenakan harga sudah terlalu murah untuk dijual oleh penjual. Keadaan
yang sama juga terjadi pada area jenuh beli.
Perihal penggunaan
Stiochastic ini lebih detil kita akan bahas pada sesi berikutnya dari
analisa teknikal. Harap bersabar.
Nah
dengan memperhatikan kita dapat memperkirakan kapankan sebuah trend
berakhir dan digantikan dengan trend berikutnya. Dengan demikian kita
dapat mengatur timing pembukaan posisi menjadi lebih baik lagi.
0 komentar:
Posting Komentar