Kalau anda ramah terhadap diri sendiri, anda ramah terhadap orang lain. Setelah orang mulai lebih menyukai diri sendiri, mereka akan lebih menyukai orang lain. Setelah mereka berhasil mengatasi ketidakpuasan mereka yang menyakitkan terhadap diri sendiri, mereka menjadi lebih sedikit mengkritik dan lebih toleran terhadap orang lain.
Sama seperti lapar makanan, lapar ego adalah sesuatu yang wajar dan dialami oleh semua orang. Dan makanan bagi ego berfungsi sama dengan makanan bagi tubuh : pemeliharaan diri. Tubuh memerlukan makanan agar tetap hidup. Ego, atau kepribadian unik setiap orang, memerlukan respek, persetujuan, dan perasaan puas karena telah mencapai sesuatu yang bermakna.
Ego yang lapar adalah ego yang jahat. Menyamakan ego dengan perut sangat membantu menjelaskan mengapa orang memiliki tingkah laku tertentu. Orang yang makan tiga kali sehari tidak terlalu memikirkan perutnya. Tetapi, kalau orang tidak makan selama satu atau dua hari, menjadi sangat lapar, dan seluruh kepribadiannya berubah. Dia menjadi lebih kritis, tidak ada yang membuatnya senang, dan dia mudah membentak orang.
Tidak ada gunanya memberitahu dia kalau persoalannya adalah bahwa dia harus meluakan perutnya. Cuma ada satu cara untuk menyembuhkannya, yaitu memenuhi tuntutan alamiahnya untuk bertahan hidup. Alam telah memberikan naluri dalam diri setiap makhluk dengan mengatakan, “KAMU dan kebutuhan dasarmu haru didahulukan”. Dia harus makan sebelum dia sanggup memberi perhatian kepada hal-hal yang lain.
Hal yang sama berlaku bagi orang yang egositis. Untuk memperoleh kepribadian yang sehat, kodrat alamiahnya menuntut seporsi penerimaan diri dan persetujuan diri. Tidak ada gunanya memarahi orang yang egoisti dan mengatakan kepada mereka agar melupakan diri sendiri. Mereka tidak bisa melupakan diri sendiri smapai kelaparan ego mereka terpuaskan. Baru setelah itu mereka dapat melepaskan perhatian mereka dari diri sendiri dan memberikannya kepada pekerjaan, kepada orang lain, atau kepada apa pun yang penting. Bagaimana mengetahuinya ?
sumber : http://forekita.blogspot.com/2011/05/teknik-membuat-penting.html
0 komentar:
Posting Komentar