Stochastic Oscillator terdiri dari dua garis yang disebut %K dan
%D. Inti dari indikator ini adalah %K itu sendiri sedangkan %D adalah
SMA dari %K. Bisa dikatakan bahwa %D adalah sebagai garis
pengidentifikasian arah %K.
Jika kita lihat dari range Stochastic Oscillator yaitu
0–100, dapat dikatakan bahwa sebenarnya indikator ini tidaklah berbeda
dengan RSI. Hanya saja dalam Stochastic perhitungan meliputi harga
terendah, tertinggi dan closing price pada waktu yang ditentukan.
Nah, mari lihat gambar dibawah ini :
Gambar dibawah adalah Stochastic Oscillator untuk GBPUSD dengan
periode candle daily. Tampak bahwa %K cenderung lebih “keriting”
dibanding %D yang adalah smoother dari kurva %K. Salah satu ciri khas
dari indikator ini adalah pergerakannya yang memang selalu ada pada
rentang 0-100. O ya, dalam tampilan kali ini, Stochastic yang digunakan
adalah Stochastic Slow pada Netdania. Kedepannya nanti Anda akan
mempelajari bahwa Stochastic Oscillator sendiri memiliki banyak varian
seperti fast dan slow.
Sekarang bagaimana kegunaan indikator ini? Apakah sama dengan RSI?
Kalau sama kenapa tidak pakai RSI saja? Nah pertanyaan ini yang akan
kita jawab dalam kelas kita kali ini.
Dilihat dari jenisnya, Stochastic memang sama dengan RSI yaitu
indikator bertipe Oscillator. Kegunaan indikator model begini rata-rata
memang untuk mengakomodasi pergerakan jenuh beli dan jual dari
pergerakan mata uang. Namun ada beberapa hal yang tidak dimiliki RSI
tetapi dimiliki Stochastic dan demikian juga sebaliknya.
Ditinjau dari sisi sensitivitasnya, RSI masih jauh lebih sensitif
dibanding Stochastic. Begitu juga dari sisi kemudahan pembacaan. RSI
tidak memiliki smoother seperti %D pada Stochastic. Dengan demikian
dapat menghilangkan efek bias pada pembacaan.
Namun demikian kesederhanaan RSI juga dapat menjadi kekurangannya.
RSI kurang pas jika dipakai untuk mengetahui trend yang sedang
berlangsung pada mata uang. Sementara gabungan %K dan %D pada Stochastic
dapat menjadi duet yang cukup ampuh dalam memprediksi trend yang sedang
terjadi.
Hal lainnya adalah dikarenakan Stochastic tidak sesensitif RSI
maka false signal pun tidak sesering pada RSI. Ini sebabnya kebanyakan
trader lebih memilih Stochasic dalam mengetahui keadaan jenuh beli dan
jual dari pasar.
Ada beberapa informasi yang dapat kita peroleh dengan Stochastic
Oscillator. Namun secara umum tidak berbeda dengan informasi pada RSI
dan SMA. Dan memang Stochastic Oscillator sebenarnya adalah gabungan
dari kedua jenis indikator tersebut dengan cara perhitungan yang
berbeda. Secara keseluruhan, indikator ini dapat kita gunakan untuk
menentukan keadaan overbought/ oversold (yang artinya prediksi trend
untuk jangka panjang), perpotongan antara %K dan %D (sebagai short term
trend), dan Bullish/Bearish centerline.
Overbought / Oversold
%K and %D Crossing
Keadaan overbought/ oversold menurut Stochastic diperoleh bila
garis %K telah memasuki batasan 20 dan 80 yakni dibawah 20 untuk
oversold dan diatas 80 untuk overbought. Sama dengan RSI bukan? Harap
diingat juga bahwa batasan 20/80 ini bukanlah batasan mutlak. Bisa saja
30/70 atau yang lain. Jadi jangan heran bila saya juga menggunakan
batasan yang berbeda dalam menentukan kondisi overbought/ oversold dari
situasi ini.
Keadaan overbought/ oversold ini akan memicu naik turunnya harga
dalam jangka panjang. Apabila sedang terjadi kenaikan harga namun
stochastic sudah menuju titik overbought-nyadan mulai meninggalkan area
tersebut, itu berarti akan terjadi tekanan pada laju kenaikan harga yang
pada akhrinya membuat harga kembali turun sampai keseimbangannya yang
baru. Perhatikan gambar berikut. Untuk batasan overbought/ oversold kali
ini kita menggunakan 20/80 ( diarsir dengan warna oranye muda ).
Dari gambar diatas terlihat bahwa ketika harga telah masuk ke area
OB atau OS maka perlahan akan kembali bergerak turun seiring dengan
arah pergerakan Stochastic. Berapa kali Stochastic menunjukkan ketepatan
yang luar biasa dalam mengetahui arah pergerakan selanjutnya ( diberi
tanda dengan lingkaran merah ). Dengan mematuhi Stochastic saja sudah
dapat terlihat betapa besar profit yang bisa dihasilkan dalam beberapa
hari pergerakan. Semoga mata Anda terbuka sekarang.
%K and %D Crossing
Selain area 20/80 seperti pada contoh diatas, perpotongan %D dan
%K juga dapat kita gunakan untuk menentukan sebuah posisi Buy/ Sell. Ada
kalanya kita kehabisan kesabaran menunggu Stochastic menyentuh batasan
20/80 seperti yang telah kita tentukan. Meski seringkali akurat namun
dalam gelombang geraknya belum tentu ketika Stochastic bergerak turun
maka dia sempat memasuki area 20 dan demikian juga ketika dia naik.
Kadang sebelum sempat melewati area tersebut harga telah kembali
bergerak ke arah kebalikannya sehingga kita kehilangan kesempatan. Nah,
crossing ala Sotchastic dapat kita gunakan sebagai penentu Buy/Sell
dalam keadaan begini.
Sama seperti indikator Moving Average yang digunakan dengan
melihat crossing pada dua periode yang berlainan, hal yang sama juga
dapat kita terapkan pada Stochastic. Bedanya disini adalah crossing yang
terjadi adalah antara %K dengan %D yang adalah smoother dari %K.
Seperti kita ketahui sebelumnya %D merupakan MA dari %K yang tidak
lain pencerminan dari perubahan harga. Jadi, sesuai dengan sifat MA
dalam menentukan perubahan trend, setiap perpotongan antara %D dengan %K
berarti adalah perubahan trend untuk jangka waktu singkat di depan.
Kondisi Bullish terjadi bila garis %K memotong %D dari bawah dan
sebaliknya trend Bearish diperoleh ketika %K memotong dari atas. Keadaan
ini bisa saja berlangsung bahkan ketika kedua garis sedang dalam
wilayah overbought/ oversold. Jika ini terjadi, itu artinya memang
tekanan beli atau jual sedang kuat sekali sehingga akan terjadi
kemungkinan harga menembus batas support dan ressistance-nya. Perhatikan
gambar berikut:
Perhatikan ketika %K dan %D saling berpotongan dan mulai bergerak
ke atas (ditandai dengan warna kuning) harga juga menunjukkan uptrend
dan terus bergerak naik. Sebaliknya ketika harga bergerak turun, %K dan
%D juga saling berpotongan dan menunjukkan arah ke bawah (ditandai
dengan warna hijau). Kedua keadaan ini terus menerus berulang dan silih
berganti. Cara pembacaan sama persis seperti kita menginterpretasikan
indikator Moving Average.
Nah, sampai disini bahasan mengenai Stochastic Oscillator. Sebelum
kita berpindah kepada indikator lainnya, perlu saya ingatkan kembali
mengenai perihal karakter indikator oscillator seperti Stochastic ini.
Hal yang menjadi kelebihan sekaligus kekurangan indikator yang bergerak
dalam kisaran tertentu seperti ini adalah sensitivitasnya. Begitu juga
pada Stochastic yang dapat bersifat sangat sensitif bila kita
menggunakan periode yang tidak tepat. Penggunaan periode yang tidak
tepat dapat membawa kita pada pengambilan keputusan yang salah yang pada
akhirnya membawa kita pada kerugian besar.Untuk itu sangat disarankan
Anda mencari periode yang terbaik pada indikator ini untuk setiap pairs.
Besarnya bisa berbeda-beda. Semakin panjang periode yang dipakai maka
grafik indikator akan semakin halus yang artinya ke-sensitifitas-annya
akan berkurang. Disarankan juga untuk menggunakan Full Stochastic dalam
penggunaan karena memang lebih halus dan dapat mengurangi grafik
indikator yang terlalu keriting.
0 komentar:
Posting Komentar